Senin, 12 September 2016

Macam-Macam Pemberian Obat
Banyak obat, banyak juga cara pemberiannya kepada pasien. Sediaan per-oral sering kita temukan dalam perkembangan pemberian obat. Namun, banyak Cara Pemberian & Minum Obat ke pasien selain per-oral. Mengapa hal ini terjadi?

Cara Pemberian Obat Ke Pasien didasarkan beberapa faktor, diantaranya : Faktor Formulasi. Faktor zat aktif serta stabilitasnya menjadi alasan bahwa obat dibuat dalam sediaan yang cocok untuk zat aktif tersebut.

Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat) dan keadaan pasien serta sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, dapat dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat.


A. Untuk Memberikan Efek Sistemik (Obat disebar ke seluruh tubuh)

1. Oral :

- Pemberiannya melalui mulut

- Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis

- Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin)

- Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya

- Dapat juga untuk mencapai efek lokal misalnya : obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung - usus

- Baik sekali untuk mengobati infeksi usus

- Bentuk sediaan oral : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan Tetesan

2. Oromucosal :

Pemberiannya melalui mucosa di rongga mulut. Ada dua macam cara, yaitu :

a. Sub Lingual

- Obat ditaruh dibawah lidah

- Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif

- Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat misalnya : Pada pasien serangan Jantung dan Asma

- Keberatannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir mulut

- Hanya untuk obat yang bersifat lipofil

- Bentuknya tablet kecil atau spray, contoh : Isosorbid Tablet

b. Bucal

- Obat diletakkan diantara pipi dan gusi

- Obat langsung masuk ke dalam aliran darah

- Misalnya obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak ada kontraksi uterus, contoh : Sandopart Tablet

3. Injeksi :

- Pemberiannya dengan jalan suntikkan

- Efek yang diperoleh cepat, kuat dan lengkap

- Keberatannya lebih banyak dari pasien

- Alat suntik harus steril dan dapat merusak pembuluh darah atau syaraf jika tempat penyuntikkannya tidak tepat

- Terutama untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung atau tidak tidak diresorpsi oleh dinding usus

Jenis Injeksi lebih kurang ada 10 :

a. Subcutan/Hipodermal (sc) : Penyuntikkan dibawah kulit, Obatnya tidak mernagsang dan larut dalam air atau minyak, Efeknya agak lambat dan dapat digunakan sendiri misalnya : penyuntikan insulin pada penderita diabetes.

b. Intramuskular (im) : Penyuntikan dilakukan dalam otot misalnya, penyuntikan antibiotika atau dimana tidak banyak terdapat pembuluh darah dan syaraf, misalnya otot pantat atau lengan atas

c. Intravena (iv) : Penyuntikan dilakukan ke dalam pembuluh darah, Reaksinya sangat cepat yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah beredar ke seluruh tubuh atau jaringan, Dapat menimbulkan reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah secara mendadak, shock, dsb. Infus intravena dengan obat sering dilakukan di rumah sakit dalam keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolismenya dan eksresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi

d. Intra arteri (ia) : Penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi, Dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada Kanker Hati

e. Intra cutan (ic) : Penyuntikkan dilakukan dalam kulit, Absorpsi sangat perlahan misalnya pada tuberculin test dati Mantoux

f. Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas pinggang (sumsum tulang belakang) misalnya untuk anestesi umum

g. Intra peritonial : Penyuntikan ke dalam selaput perut

h. Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung

i. Intra pleural :Penyuntikan ke dalam rongga pleura (paru-paru)

k. Intra articulair : Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi


4. Implantasi :

- Bentuk oral pellet steril, obat dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron)

- Resorpsinya lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan lamanya

5. Rectal :

- Pemberian obat melalui rectal (dubur)

- Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa)

- Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung

- Diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat

- Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dengan peroral, berhubung pembuluh-pembuluh darah pertama. Contoh : pada pengobatan asma (amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal, dalam pengobatan kejang akut)

- Tetapi bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal misalnya untuk wasir dan laxativ

- Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya mempunyai efek lokal

6. Transdermal :

- Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung

- Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam. Cth : Nitrodisk dan Nitroderm T.T.S. (therapeutic transdermal system)


B. Untuk Memberikan Efek Lokal (Pemakaian Setempat)

1. Intranasal :

- Obat diberikan melalui selaput lendir hidung

- Digunakan untuk menciutkan selaput/mukosa hidung yang membengkak (otrivin nasal drop)

- Bentuk sediaan : Drop dan Spray

- Cara ini dapat digunakan untuk efek sistemik misalnya untuk melancarkan pengeluaran ASI cth : Syntocinon nasal spray

2. Inhalasi :

- Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau disemprotkan

- Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan

- Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik. Bentuk inhalasi ini bisa dalam wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur (aerosol, cth : Alupent Metered Aerosol

3. Mukosa Mata Dan telinga :

- Obat diberikan melalui selaput/mukosa mata atau telinga, bentuk drop dan salep

- Obat dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek teknis

4. Intra Vaginal :

- Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina

- Diberikan pada antifungi dan anti kehamilan

- Bentuknya : Tablet, Salep, Krim dan Cairan bilasan

5. Kulit (Percutan) :

- Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit

- Kulit yang sehat sukar sekali dimasuki obat, tetapi bila terjadi kerusakan resorpsi dapat berlangsung

- Bentuk obat umunya salep dan krim



·       Tujuan Per Oral?
a.Untuk memudahkan dalam pemberian
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera diatasi
c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
d. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
·       Suppositoria digunakan  pada bagian?
Bentuk peluru digunakan lewat rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g.
Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan tertarik  masuk dengan sendirinya.

·       Cara pemerian obat sublingual?

Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit.



·       Waktu pemberian obat kolestrol?
Waktu yang paling baik untuk meminum obat jenis Statin adalah malam hari. Ini dikarenakan tubuh mulai mensintesis kolesterol saat asupan dari luar berkurang, yaitu malam hari sebelum tidur. Semua obat dalam kelas statin harus dikonsumsi malam hari kecuali Atorvastatin(Lipitor) dan Rosuvastatin(Crestor). Kedua obat ini mempunyai efek kerja yang lebih lama sehingga bisa dikonsumsi kapan saja. Obat lainnya (Simvastatin (Zocor), Pravastain (Pravachol), dan Fluvastatin (Lescol)) memiliki efek kerja yang lebih singkat. Alhasil bila dikonsumsi pada pagi atau siang hari maka obat tersebut telah berhenti bekerja saat tubuh mulai memproduksi kolesterol.

·       Penemu obat Bius?

Penemu obat bius yaitu William Morton. William Thomas Green Morton adalah seorang dokter gigi berkebangsaan Amerika Serikat yang lahir pada 9 Agustus 1819, di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat. Morton menjadi banyak di kenal orang karena telah berhasil mengembangkan proses solder gigi palsu ke piring emas pada tahun1841. Ia sempat belajar di universitas Hartford, namun pada tahun 1841 ia keluar dari perguruan tinggi tersebut dan mengikuti seorang dokter gigi bernama Horace Wells.

Pada tahun 1843, Morton menikah dengan Elizabeth Whitman di Farmington. Pada athun 1844, Morton kembali belajar diHarvard Medical School dan di didik oleh Dr. Charles T. Jacson. Dr. Charleslah ayng telah memperkenalkan Morton dengaan sifat anestesi eter, namun ia kembali keluar sebelum lulus. Pada 30 September, untuk pertama kalinya Morton melakukan pencabutan gigi pasiennya tanpa mengalami rasa sakit, karena di beri eter dan ia telah masuk di berita Koran karena berhasil mencabut gigi pasien tanpa rasa sakit.

                                        Hasil gambar untuk penemu obat bius
Seorang ahli bedah bernama Henry Jacob Bigelow yang membaca berita tersebut, mencoba melakukan melakukan hal yang dilakukan Morton, ia mencobanya saat melakukan operasi pada pasiennya di Rumah Sakit Umum Massachusetts. Selain Jacob, cara tersebut juga digunakan oleh Dr. John Collins Warren saat melakukan operasi pengangkatan tumor di bagian leher seorang pasiennya bernama Edward Gilbert Abbott.
Karena eter berhasil dalam dunia medis, maka penggunaan eter telah menyebar hingga keseluruh dunia. Orang yang pertama kali menggunakan eter di Inggris adalah Robert Liston, dari University College Hospital pada tahun 1846.

Setelah diketahui banyak orang, Morton memcoba untuk menyembunyikan asal mula letheon, namun segera di ubah dan ditemukan menjadi ether. Satu bulan kemudian lethon telah ia patenkan. Meskipun sudah dikenal luas bila pereda rasa sakit adalah eter, namun komunitas medis tidak menyetujuinya, karena menganggap eter tidak ilmiah. Morton meyakinkan teman-temannya bila ia tidak memberi batasan penggunaan eter dan menjelaskan bila ia mematenkannya untuk menjamin administrasi yang kompeten dan mencegah penyalahgunaan dan supaya tidak dikembangkan.

Namun Dr Wells dan Jackson mengaku sebagai penemunya, sehingga saat berlangsung kongres nasional pada tahun 1846, Marton dinyatakan gagal. Ia terus mencoba mencari rumus yang sama namun selalu gagal. Pada tahun 1852, ia mendapat gelar Ahli Bedah dari Washington University of Medicine di Baltimore. Pada tahun 1862, ia melakukan pelayanan public dengan bergabung sebagai dokter bedah sukarelawan bersama tentara Potomac, dan menggunakan eter dalam menyelamatkan para tentara tersebut.

Saat Morton akan meminta bantuan ke Central Park, ia kelelahan sehingga membuatnya pingsan dan meninggal dunia. Ia meninggal dunia pada Juli 1868 di New York City, ia dimakamkan di Mount Auburn Cemetery di Massachusetts.

·       Tujuan obat bukal di letakan di antara pipi dan gusi?

Lokasi ini menyediakan media untuk melarutkan tablet dan untuk pelepasan zat
aktif.
Tujuan tablet bukal adalah sama dengan tablet sublingual yaitu absorpsi obat melalui lapisan
mukosa di mulut.
Metil testosteron dan testostesron propionat merupakan zat aktif yang paling sering
diberikan dalam bentuk tablet bukal.











Gambar-gambar cara pemberian/pemakaian obat

v Efek Sistemik :
1.     
Hasil gambar untuk cara pemberian obat per oral 
2.    Oralmukosal
A.     
Hasil gambar untuk cara pemberian obat bukal
                    B.    Bukal
Hasil gambar untuk cara pemberian obat bukal
         

C.    Injeksi
Hasil gambar untuk cara pemberian obat injeksi
D.    Implan
Hasil gambar untuk cara pemberian obat implan
E.     Rektal
Hasil gambar untuk cara pemberian obat rektal
 F.     Transdermal
Hasil gambar untuk cara pemberian obat transdermal


v Efek Lokal
1.    Kulit (per kutan)
Hasil gambar untuk cara pemberian obat kulit
2.     




Hasil gambar untuk cara pemberian obat inhalasi

3.    Mukosa mata
Hasil gambar untuk cara pemberian obat mata

                                                                 
4.     
Hasil gambar untuk cara pemberian obat oral

5.    Intranasal
Hasil gambar untuk cara pemberian obat intranasal

Senin, 05 September 2016

macam-macam pemberian sediaan obat

MACAM-MACAM CARA PEMBERIAN OBAT

Sebagai perawat, perlu kita ketahui dan selalu diingat bahwa dalam obat dilakukan dengan akurat oleh perawat. Karena kita tahu bahwa yang kita hadapi adalah manusia (makhluk hidup) bukan mesin, karena apabila dalam pemberian obat salah itu akan berakibat fatal. Untuk itu Perawat menggunakan “lima” benar pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang benar, yaitu :
1. Benar obat
2. Benar dosis
3. Benar pasien
4. Benar cara pemberian
5. Benar waktu pemberian
Dalam materi ini saya akan berbagi ilmu atas apa yang sudah saya ketahui tentang macam- macam cara pemberian obat, yaitu :
1. Pemberian obat oral
Merupakan cara pemberian obat yang paling umum dilakukan. Tujuan pemeberian obat oral adalah untuk mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. Obat oral baik sekali untuk mengobati infeksi usus.
Bentuk sediaan obat oral diantaranya yaitu : tablet, kapsul, obat hisap, sirup dan tetesan.
Salah satu cara pemberian obat oral yaitu melalui sub lingual, yang merupakan cara pemberiannya ditaruh dibawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah dibawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Namun kekurangannya adalah kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir mulut.



2. Pemberian injeksi
Adalah cara pemberian obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung kepembuluh darah.
Keuntungan:
• Efek timbul lebih cepat dan teratur.
• Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah.
• Sangat berguna dalam keadaan darurat.
Kerugian:
• Dibutuhkan kondisi steril.
• Menimbulkan rasa nyeri.
• Tidak ekonomis.
• Membutuhkan tenaga medis.

3. Pemberian secara intracutan (IC)
a. Prinsipnya yaitu memasukan obat kedalam jaringan kulit.
b. Merupakan pemberian obat melalui jaringan intracutan ini dilakukan dibawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
c. Intracutan biasanya digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang akan disuntikan agar menghindari dari efek alergi obat (dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu.


4. Injeksi intravena
Yaitu memasukan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena, waktu cepat sehingga obat langsung masuk kedalam sistem sirkulasi darah.
Dimana pada injeksi intravena ini, lokasi penyuntikannya adalah :
1) Pada lengan (vena mediana cubiti/ vena cephalica)
2) Pada tungkai (vena saphenosus)
3) Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4) Pada kepala (vena frontalis atau pada vena temporalis) khusus pada anak


5. Injeksi subcutan (SC)
Pemberian obat secara subcutan adalah pemberian obat melalui suntikan area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak bawah dermis. Karena jaringan subcutan tidak dialiri darah ebanyak darah yang yang mengaliri otot, absorpsi dijaringan subcutan sedikit kebih lambat dari pada absorpsi pada injeksi intra muskular.
Pada injeksi subcutan ini injeksikan jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45-90 derajat.
Tempat injeksi subcutan:
a. Bagian luar lengan atas
b. Abdomen dari batas bawah kosta sampai kristal iliaka
c. Bagian anterior paha
d. Scapula punggung atas
e. Gluteus dorsal
Jenis obat yang lazim diberika secara SC :

a. Vaksin
b. Narkotika
c. Heparin
d. Obat-obatan pre operasi
e. Insulin
Pemberian obat melalui subcutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

6. Intramuscular (IM)
Merupakan cara memasukan obat ke dalam jaringan otot. Pemberian secara intramucular ini absorpsinya lebih cepat dari pada pemberian subcutan karena pembuluh darah lebih banyak terdapat diotot.
Injeksi IM disuntikan kearah bawah pada sudut 90 derajat.
Tempat injeksi intramuscular:
a. Otot vastus lateralis
Terletak dibagian lateral anterior paha pada orang dewasa.
b. Otot ventrogluteal
Meliputi gluteus medius dan minimus.
c. Otot dorsogluteus
Merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Berada dibagian atas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm dibawah krista iliaka.
d. Otot deltoid


7. Pemberian obat melalui rectal
Pemberian obat via anus/rektum/rectal, merupakan cara memberikan obat dengan memasukan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistematik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
Contoh obat yang memiliki efek lokal yaitu obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi. Pasti kalian mengetahuinya bukan?


 
8.Intravagina
Pemberian obat per vagina, merupakan cara memberikan obat dengan memasukan obat melalui vagina, yang bertujuan mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks.
Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.

9. Obat luar (topikal melalui paru-paru atau inhalasi)
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep,tetes telinga.
a. Pemberian obat pada kulit, seperti krim,lotion,aerosol dan sprei.
b. Pemberian obat pada telinga, seperti tetes telinga atau salep.
c. Pemberian obat tetes hidung, cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung.
d. Pemberian obat pada mata, seperti tetes mata dan salep.


10.Inhalasi
Penyerapan obat yang diberikan dengan inhalasi ini dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan. Bentuk sediaan obat inhalasi adalah dalam bentuk gas dan zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistematik. Bentuk inhalasi ini bisa dalam bentuk wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur (aerosol, contohnya : Alupent Metered Aerosol).



 macam-macam sediaan obat :
1. Aerosol

Sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sIstem katup yang sesuai di tekan. Sedian ini digunakan untuk pemakaian topiKal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung.
2. Kapsulae (Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
-Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
-Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
-Lebih enak dipandang
-Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
-Mudah ditelan.

3. Tablet (Compressi)
-Sedian padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
-Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan.
-Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan.
-Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan
-Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
-Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
-Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
-Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.
-Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.
4. Krim
Sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
5. Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.

6. Ekstrak
Sediaan pekat yang di peroleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simpliisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hamper semua pelarut di uapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat yang ditetapkan.

7. Gel (geli)
-Sistem semi padat terdiri dari suspense yang di buat partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrsai oleh suatu cairan.

8. Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat kuman/virus/antigen.

9. Implan atau Pelet
-Sedian dengan massa padat berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan.

10. Infusa
Sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90’ selama 15 menit.
11. Inhalasi
Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran nafas hidung atau mulut untuk memperoleh efek local atau sistemik.

12.Injectiones (Injeksi)
Sediaan steril untuk kegunaan parenteral, yaitu dibawah atau menembus kulit atau selaput lender.Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

13. Irigasi
Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga tubuh, penggunaan adalah secara topical.

14. Lozenges atau tablet hisap
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.

15. Sediaan Obat mata
-Salep mata

Salep steril yang digunakan pada mata.
-Larutan Obat mata
  Larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedimikian rupa hingga   sesuai di gunakan untuk mata.
16. Pasta
Sediaan semi padata yang mengandung satu atau lebih bahan yang di tujukan untuk pemakaiaan topical.
17. Plester
Bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
18. Serbuk
Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa serbuk yang dibagi bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi. (pulvis).
a.Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
b.Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

19. Solutiones (Larutan) Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit). Solutio atau larutan
20. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu:
-Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena hemoroid.
-Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.
21. Pilulae (PIL)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
22. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
23. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari.
24. Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
25. Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Taerbagi atas :
1. Larutan Oral
Sediaan cair yang dimasukan untuk pemberian oral.
2. Larutan tipikal
Sediaan cair yang dimasukan untuk penggunaan topical paad atau mukosa.
3. Larutan Otik
Sediaan cair yang dimasukan untuk penggunaan dalam telinga.
4. Larutan Optalmik
Sediaan cair yang digunakan pada mata.
4. Larutan Optalmik
Sediaan cair yang digunakan pada mata.
5. Spirit
Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat yang mudah menguap.
6. Tingtur
Larutan mengandung etanol atau hidro acohol di buat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
Sediaan obat dapat di jual di:
1.       Apotik
2.       Rumah sakit

Obat di gunakan saat:
1.       Sakit
Orang yang pertama kali menemukan obat antibiotik:
Alexander Fleming
Mengapa obat dalam harus higienis:
higiene bertujuan untuk menghilangkan semua sumber potensial kontaminasi dan kontaminasi silang di semua area yang dapat berisiko pada kualitas produk.
Cara memakai obat suppositoria:
1.       Cuci tangan Anda sampai bersih dengan air sabun
2.       Keluarkan supositoria dari kemasan dan basahi sedikit dengan air bersih
3.       Bila supositoria terlalu lembek, maka dinginkan lebih dahulu dala leari es selama 30 menit, atau rendam dalam air dingin sebelum membuka kemasan.
4.       Atur posisi tubuh anak berbaring menyamping dengan kaki bagian bawah diluruskan, sementara kaki bagian atas ditekuk ke arah perut
5.       Angkat bagian atas dubur untuk menjangkau daerah anus.
6.       Masukan supositoria, ditekan dan ditahan dengan jari telunjuk sampai betul betul masuk ke bagian otot sfinkter rektum (sekitar 0,5 – 1 inci dari lubang dubur). Jika tidak dimasukan sampai bagian otot sfinkter, supositoria akan terdorong keluar lagi dari lubang dubur
7.       Tahan posisi tubuh anak agar tetap berbaring menyamping dengan kedua kaki menutup selama kurang lebih 5 menit untuk menghindari supositoria terdorong keluar.


Infus                                                                                      implan
Description: Hasil gambar untuk gambar sediaan obat                                   Description: C:\Users\ASUS\Pictures\download (1).jpg

Kapsul                                                                                                   pil
Description: C:\Users\ASUS\Pictures\download.jpg                     Description: C:\Users\ASUS\Pictures\enteric-coating-systems-eascol-eql.jpg

Sirup                                                                                      krim
                                Description: C:\Users\ASUS\Pictures\images (3).jpgDescription: C:\Users\ASUS\Pictures\images (1).jpg

Inhalasi                                                                                                 ampul
Description: C:\Users\ASUS\Pictures\images (5).jpg                                Description: C:\Users\ASUS\Pictures\images (6).jpg



Serbuk                                                                                                  Vial
                  Description: C:\Users\ASUS\Pictures\images (10).jpg


Suppositorial